Jember 19 Nopember 2016, Untuk memperingati hari disability Internasional Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember bekerja sama dengan Gerakan untuk kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN.), Sentra Advokasi perempuan Difabel dan anak (SAPDA.) ,Persatuan penyandang cacat Jember serta Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dalam hal ini di wakili oleh LIPOSOS yang di dukung oleh Radio Republik Indonesia. Sesuai dengan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas, WHO membentuk Satuan Tugas Cacat. Tujuan dari kelompok ini, yang mencakup perwakilan dari semua tingkat Organisasi, adalah untuk memastikan bahwa program WHO dan proyek-proyek yang dirancang dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan orang-orang cacat. Sejalan dengan prinsip-prinsip Konvensi, kecacatan harus menjadi masalah utama di seluruh Organisasi. Salah satu tanggung jawab awal Satgas adalah melakukan pemetaan kegiatan saat ini dan inisiatif, termasuk resolusi yang diadopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia dan Komite Regional WHO untuk mengidentifikasi kesenjangan dan kesempatan.
Seminar dan modul pelatihan yang ditawarkan kepada staf untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu kecacatan. Kebutuhan staf dan pengunjung penyandang cacat juga sedang dibahas, terutama dalam hal akses informasi WHO, pekerjaan dan bangunan. Penyandang cacat sepenuhnya terlibat dalam proses. Satgas telah membuat rekomendasi kepada Direktur Jenderal WHO untuk kebijakan cacat masa depan di Organisasi. Penyandang cacat di dunia di perkirakan 750 juta orang 80 persen dari orang-orang cacat tinggal di negara-negara berkembang sedangkan 10 persen dari orang-orang di negara-negara miskin Satu dari setiap sepuluh anak-anak di seluruh dunia memiliki cacat.
Dimana Peran Perawat yang paling dominan adalah perawat sangat bervariasi dan kompleks Perawat yang merawat pasien mengharuskan perawat mengambil peran yang berbeda pada waktu yang berbeda, Perawat perlu untuk memenuhi peran mereka bervariasi sebaik mungkin dengan memahami peran mereka dan mengetahui bagaimana meningkatkan di setiap peran perawat sebagai Koordinator sebagai Penghubung sebagai Konselor sebagai Manajer sebagai Pemimpin sebagai motivator sebagai Delegator dan sebagai Peneliti Sehingga bisa berkordinasi dengan para pembuat kebijakan di negara-negara berkembang akan mempertimbangkan semua bagian masyarakat, terutama kelompok penyandang cacat, tanpa prasangka atau pengecualian. Bersama-sama, para pemangku kepentingan mengembangkan solusi praktis untuk mengatasi hambatan yang mencegah para penyandang cacat dari berpartisipasi sama dalam pembangunan dan masyarakat. dalam konteks pendidikan, adalah praktek mendidik siswa dengan kebutuhan khusus di kelas reguler selama jangka waktu tertentu berdasarkan kemampuan mereka. Ini berarti kelas pendidikan reguler digabungkan dengan kelas pendidikan khusus. Sekolah yang berlatih utama percaya bahwa siswa dengan kebutuhan khusus yang tidak dapat berfungsi dalam kelas reguler sampai batas tertentu “milik” di lingkungan pendidikan khusus. Akses ke kelas pendidikan khusus, sering disebut “kelas atau sumber daya ruang mandiri”, adalah berharga untuk siswa penyandang cacat. Siswa memiliki kemampuan untuk bekerja satu-satu dengan guru pendidikan khusus, menyikapi kebutuhan untuk perbaikan selama hari sekolah. Banyak peneliti, pendidik dan orang tua telah menganjurkan pentingnya ruang kelas tersebut. Para pendukung kedua filsafat inklusi pendidikan menegaskan bahwa mendidik anak-anak penyandang cacat bersama rekan-rekan non-cacat mereka menumbuhkan pemahaman dan toleransi, baik siswa mempersiapkan semua kemampuan untuk berfungsi dalam dunia luar sekolah.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus mungkin menghadapi stigma sosial akibat yang diarusutamakan, tetapi juga dapat membantu mereka mengembangkan sosial. Acara workshop di meriahkan dengan berbagai atraksi Tari dan seni yang dibawakan oleh penyandang cacat Jember. Sedang SAPDA menjelaskan Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami gangguan, kelainan, kerusakan, dan/atau kehilangan fungsi organ fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu tertentu atau permanen dan menghadapi hambatan lingkungan fisik dan sosial. Penyebabnya adalah : Bencana Alam, Kecelakaan di jalan atau di rumah, Kecelakaan kerja, Penyakit atau penggunaan alat yang salah, cacat sejak lahir ataupun, penyakit yang berupa virus.(satar)