Jember 20 Mei 2015
Komunikasi yang salah bisa berakibat fatal, Sebaliknya komunikasi yang terjalin dengan baik akan mendatangkan manfaat, yang luar biasa karena komunikasi atau pembicaraan disampaikan dengan baik dan tepat sasaran, damai dan tenang.sehingga tidak ada konflik.
Berbicara tentang komunikasi, baru-baru ini Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember (PSIK) kedatangan tamu istimewa yang memberikan kuliah umum di kampus PSIK Universitas Jember, dengan topik “ Komunikasi Terapeutik dan Motivasi Menjadi Perawat” . Sebenarnya topik tersebut biasa saja, dan sudah didapat atau dipelajari dalam mata kuliah komunikasi keperawatan. Namun, hal yang membuatnya jadi istimewa adalah pembicara atau pembawa materi tersebut sangat expert dalam bidang/topik tersebut.
Dia adalah Prof.Dr. Budi Anna Keliat, M.App.Sc, salah satu perawat yang sudah mendapat gelar profesor, pengajar atau dosen di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Namanya sangat familiar dalam komunitas perawat, apalagi buku karangannya menjadi referensi utama bagi Mahasiswa dan Dosen keperawatan jiwa di seluruh Perguruan Tinggi Keperawatan. Beliau adalah pencetus berkembangnya keperawatan jiwa di Indonesia. Sungguh luar biasa, dan sangat mengagumkan.
Komunikasi terapeutik itu apa ?”. Itulah pertanyaan pembuka yang disampaikan beliau pada hadirin peserta kuliah umum. Banyak jawaban dari mahasiswa yang variatif, namun intinya, komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang memberikan dampak terapi.
Suasana perkuliahan sangat menarik, interaktif, dan tidak membosankan. Setiap materi yang dijelaskan pasti disertakan dengan contoh yang aplikatif. Sehingga peserta kelihatan sangat antusias, Sehingga Peserta dalam mengikuti kuliah pakar tersebut merasa termotivasi untuk melanjutkan studi dan bermimpi menjadi perawat profesional. Hal ini di tandai ada Enam mahasiswa sebagai perwakilan sejumlah peserta menyampaikan komitmennya untuk mencapai tingkatan perawat yang profesional.
Pada akhir sesi ceramah beliau meminta 2 orang mahasiswa peserta kuliah umum, untuk mempraktikan atau bermain peran strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik. Kasus yang diberikan adalah pasien dengan hipertermi. Di sinilah yang menarik. Mahasiswa yang berperan sebagai perawat cukup repot. Kalimat yang diucapkannya belepotan, bahkan kadang-kadang membuat peserta lain tertawa.
Perlu diketahui, mahasiswa yang bermain peran ini sudah berada pada tingkat akhir, dan sudah berulang kali melakukan prakti klinik di rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik jarang dipraktikan di lapangan. Secara teori memang sudah dikuasi dengan baik, namun penerapannya belum tentu. Saya juga termasuk dalam golongan ini.jelas ujar beliau.
Prof Budi mengatakan perawat sebagai helping profession yang memiliki tiga bentuk gaji. Gaji pertama, gaji profesi dimana perawat merasa senang dan nyaman ketika klien yang diberikan asuhan keperawatan membaik. Gaji kedua disebut gaji surga, perawat meyakini bahwa membantu klien berharap pahala dan balasan yang baik dari Tuhan. Gaji ketiga adalah uang.
Prof Budi menyakinkan mahasiswa bahwa “wesel dari Tuhan tidak akan pernah salah alamat”. Beliau juga menyampaikan kepada peserta untuk membuat perencanaan ke depan dalam mencapai profesionalitas sebagai perawat.
Profesionalitas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan, community leader, edukator, dan peneliti memerlukan penggunaan komunikasi yang terapeutik. Prof Budi secara langsung membimbing mahasiswa dalam role play penggunaan komunikasi terapeutik dalam konteks memberikan asuhan keperawatan. Selain itu, beliau juga mengajarkan cara berkomunikasi terapeutik dalam rangka kolaborasi dengan tim medis lainnya yang menggunakan metode ISBAR.
Peserta Kuliah Pakar yang di laksanakan Gedung Soerachman Unej lantai 3 sebanyak 195 mahasiswa selain mahasiswa Kuliah Pakar juga diikuti oleh 8 dosen PSIK Unej dari berbagai bidang keilmuan.