News

MAHASISWA PSIK UNIVERSITAS JEMBER JUARA SATU (I) ENTREPRENEUR TAHUN 2017 DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN.

       

Lamongan, 18 Maret 2017 Tiga Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan menjadi juara pertama lomba Nursing Entrepreneur di STIKES Muhammadiyah Lamongan dengan judul karya Biskuit Bayi Seru Konsentrat Daun Kelor Sebagai Langkah Pengentasan Gizi Buruk melalui Bisnis Berbasis Syariah, mahasiswa tersebut adalah: Imam Mansyur, M. Cholilurrohman Hadi dan Alvin Ferdian Purwanto Mahasiswa angkatan 2015  Tim PSIK Universitas Jember mengulas Biskuit Seru sebagai suplemen Balita yang mengandung Konsentrat Daun Kelor dan mendapat nilai tertinggi baik dalam penyajian  maupun dalam katagori Karya ilmiahnya dan kami sangat bangga dengan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember  meskipun kuliah di bidang keperawatan tetapi juga hebat dalam entrepreneur ujar Dosen pembimbing tim Ns. Peni Perdani Juliningrum, S.Kep. M.Kep.

Imam Mansyur  dkk menjelaskan bahwa Jumlah kasus gizi buruk di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Depkes RI tahun 2003 jumlah balita yang menderita gizi buruk mencapai 6,29% pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 7,9% pada tahun 2002. Sepanjang tahun 2007 kasus gizi buruk yang ditemukan masih mencapai 1.401 kasus. Hal ini menunjukkan belum maksimal dalam penanganan gizi buruk di Indonesia, terutama pada balita, Kurang protein dalam diet merupakan masalah nutrisi yang paling serius dalam kasus gizi buruk, yang sering dikenal dengan istilah Kurang Gizi. Anak-anak dan balita membutuhkan lebih banyak protein untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih aktif. Oleh karena itu, balita lebih rentan terhadap kasus Kurang Gizi . Dampak yang ditimbulkan Kurang Gizi pada balita menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal, menurunnya immunitas, dan tingkat kecerdasan yang rendah. Pada stadium yang berat, Kurang Gizi  pada balita dapat menyebabkan kwarshiorkor sampai kematian.

Sampai saat ini, upaya penanganan Kurang Gizi  yang dilakukan adalah dengan memberikan asupan gizi protein lebih pada balita melalui produk biskuit, bubur instan, maupun susu formula. Umumnya sumber protein yang digunakan masih terbatas pada susu sapi yang harganya belum bisa terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu, diperlukan alternatif sumber protein tinggi yang murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Hal ini mengingat lebih dari 80% kasus Kurang Gizi  dilatarbelakangi karena faktor kemiskinan.

Tanaman kelor bisa menjadi alternatif sumber protein yang potensial untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini karena tepung daun kelor memiliki kandungan protein tiga kali lebih tinggi dibandingkan susu bubuk  kandungan protein dalam tepung daun kelor bisa mencapai 35%. Akan tetapi nilai daya cerna protein tepung daun kelor masih cukup rendah yaitu sebesar 56,1±8,9% yang disebabkan komponen protein yang terikat serat yang tinggi pada daun kelor. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan ketersediaan protein kelor, salah satunya adalah dengan teknologi pembuatan konsentrat atau bubuk protein kelor.Tanaman kelor merupakan tanaman tropis yang mudah tumbuh di Indonesia. Biasanya kelor tumbuh sebagai tanaman pagar di pekarangan rumah, terutama di daerah pedesaaan. Akan tetapi, selama ini kelor belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pangan. Salah satu kendalanya adalah daya terima konsumen yang rendah yang disebabkan karena aroma langu yang sangat kuat pada daun kelor  Dalam bentuk bubuk ini diharapkan mampu menghilangkan aroma langu pada daun kelor tersebut, sehingga dapat meningkatkan daya terima masyarakat terhadap kelor sebagai alternatif unggulan pengganti susu pada produk biskuit Seru. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk biskuit balita yang digunakan untuk terapi diet balita Kurang Gizi. Dengan demikian, diharapkan bisa menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan Kurang Gizi di Indonesia yang efektif dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat .

Daun kelor sebagai alternatif sumber protein diolah menjadi bentuk bubuk konsentrat protein untuk meningkatkan kadar proteinnya. Konsentrat protein daun kelor  memiliki kualitas nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan protein susu, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Karakteristik mutu biskuit SERU  sebagai berikut: kadar protein konsentrat 60,48%; kadar protein biskuit 7,11%; daya cerna protein 80,45%;. Dengan demikian, konsentrat protein daun kelor lebih efektif dalam  campuran biskuit untuk penanganan balita penderita kurang Gizi. Dengan karakteristik bubuk konsentrat daun kelor termasuk  (rasa, warna, aroma, dan kerenyahan) dalam biskuit Seru lebih baik dibandingkan dengan biskuit tepung yang lain, namun tidak lebih baik jika dibandingkan dengan biskuit kontrol susu.

Yang lebih menarik lagi Biskuit Hasil  Produk Entrepreneur tersebut di pasarkan dengan cara Syariah melalui kemitraan, Konsinyasi dan Bagi hasil kepada masyarakat sekitar kampus (satar)